Allah SWT telah berfirman:
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami
mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan
dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi
cahaya yang menerangi.” (QS.Al-Ahzaab(33):45-46)
Seakan-akan bintang Tsurayya bergantung di dahinya sedang pada
lehernya bergantung bintang Syi’ra dan pada wajahnya ada rembulan.
Tubuhnya diselimuti oleh keagungan seandainya nur wajahnya
disingkapkan pada malam hari tentulah akan menerangi semua daerah perkotaan dan
perkampungan.
= Sponsor =
|
Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan semua keindahan bagi Rasul-Nya SAW dan melengkapkan untuknya nikmat keutamaan serta mengkhususkan baginya perhatian yang sangat prima, sehingga jadilah beliau teladan yang baik dalam semua keutamaan. Dari diri beliaulah dipelajari semua seni kemuliaan dan dari balik kedua baju burdahnyalah menyumber kejernihan sepak terjang yang baik. Karena sudah menjadi keharusan bagi seorang anutan hendaknya menjadi sosok yang ideal lagi menghimpun semua yang tersebar di antara orang-orang pilihan menyangkut pekerti-pekerti yang terpuji. Jadilah Nabi SAW sosok manusia yang terpilih oleh Tuhannya dari kalangan makhluk-Nya untuk memimpin manusia kepada akhlaq yang terbaik, amal perbuatan yang cemerlang dan pendapat yang paling mulia.
= Sponsor =
|
Adapun mengenai eksistensi diri Nabi SAW, maka beliau adalah orang yang suci lagi diberkati. Kalbunya telah dicuci dengan tirta kahuripan (air kehidupan) sehingga menjadi putih, bersih, lagi suci. Sesungguhnya melalui pencucian itu Allah telah melenyapkan dari dadanya semua kebencian, kedengkian, uneg-uneg dan kecurangan, sehingga jadilah beliau seorang yang paling penyayang di antara semua makhluk, paling berbakti dari keseluruhannya dan paling mulia dari semua manusia. Oleh karena itu, sikapnya yang santun, mulia, baik lagi murah, bersifat menyeluruh dirasakan oleh semua orang, baik yang ada di perkotaan maupun di pedalaman, baik yang dekat maupun yang jauh. Karenanya, jiwa beliau adalah jiwa yang paling bersih, dadanya paling lapang dan sanubarinya paling suci. Memang beliau adalah orang yang berhak mendapatkannya, karena telah meluruskan manusia. Allah SWT telah berfirman:
“Dan tiadalah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS.Al-Anbiya’(21):107)
Sesungguhnya manusia pada hari Ahmad diutus Tuhan mempunyai
pandangan yang berbeda kepada mereka dengan sebelumnya. Bahkan Dia memuliakan
manusia pada hari memilih sebaik-baik makhluk untuk menjadi bintang dan
rembulannya.
Nabi SAW melarang marah kepada
salah seorang sahabatnya dan bersabda: “Jangan marah!”
Beliau SAW adalah orang yang
paling jauh dari sikap marah yang buruk latar belakangnya. Bahkan beliau
menebarkan sikap santunnya kepada semua orang dan menghujani mereka dengan
kemurahannya serta memuat mereka semua dengan sikap toleran dan maafnya.
Nabi SAW telah bersabda: “Janganlah
kalian saling mendengki!”
(Hadits diketengahkan oleh
Bukhari 6116, 6076 dan Muslim 2559 melalui Anas bin Malik RA.)
Beliau SAW adalah orang yang
diselamatkan dari penyakit yang membinasakan ini. Karenanya dalam diri beliau
tidak terdapat rasa dengki barang sedzarrah pun (semut yang paling kecil,
pent.) atau barang setetes iri pun, karena beliau telah dijaga dari hal
tersebut. Bahkan beliau adalah orang yang menebar kebaikan ke seluruh dunia dan
membagi-bagikan karunia dari Allah kepada manusia.
Nabi SAW telah bersabda pula: “Janganlah
kalian saling membelakangi dan jangan pula saling memutuskan silaturrahim.”
(Perawinya sama dengan Hadits sebelumnya)
Selanjutnya, direfleksikanlah
oleh beliau akhlaq yang mulia ini menyangkut silaturrahim dan memberikan
santunan serta kebajikan kepada kerabat. Oleh karena itu, beliau SAW selalu
menyambung silaturrahim dengan orang yang memutuskannya, memaafkan orang yang
menganiayanya dan memberi orang yang tidak pernah memberi kepadanya. Karenanya,
hamba yang berjiwa besar adalah orang yang dapat mengamalkan ayat berikut,
yaitu firman-Nya:
“Dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.”
(QS.Ali ‘Imran(3):134)
Nabi SAW telah bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah
mewahyukan kepadaku bahwasanya bersikap rendah dirilah kalian.” (Hadits diketengahkan oleh Muslim 2865
melalui ‘Iyadh bin Himar RA.)
Karenanya, beliau adalah orang
yang rendah diri seluruhnya, menjadi gambaran yang terperagakan, adegan yang
hidup dan hakikat yang nyata dalam sikap rendah diri. Beliau mengendarai
keledai, mereparasi sendiri sandalnya, duduk di atas tanah dan memerah susu
kambingnya sendiri. Beliau juga berdiri bersama nenek-nenek, pergi bersama
budak perempuan, bergaul dengan orang-orang miskin, menjamu sendiri tamunya
dari kalangan orang Arab dan duduk bersama dengan orang-orang fakir.
Nabi SAW telah bersabda: “Orang yang
paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya
dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku.”
(Hadits diketengahkan oleh
Tirmidzi 3895 dan Baihaqi dalam Kitab Sunannya 15477, melalui ‘Aisyah Ra.)
Beliau SAW merefleksikan makna
hadits ini dengan memberikan contoh yang besar. Oleh karena itu, beliau menjadi
orang yang penyayang lagi mencintai keluarganya. Bila masuk menemui mereka,
selalu dengan wajah yang cerah dan senyuman yang tersungging dibibirnya,
bercanda dengan mereka dengan ungkapan yang menyenangkan, dan bermu’amalah
dengan mereka dengan sikap yang lemah-lembut. Beliau juga ikut serta dengan
mereka dalam pelayanan dan saling mengobrol dengan mereka dengan
ungkapan-ungkapan yang manis serta berbincang-bincang dengan mereka dengan
ungkapan penuh kehangatan, tanpa ada kata-kata kasar, tanpa ada kata-kata
keras, tanpa celaan dan tanpa menekanan.
“Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.”
(QS.Al-Qalam(68):4)
Akhlaqnya lebih lembut daripada angin sepoi-sepoi bila tertiup dan
sepak terjangnya bak sapu tangan yang harum.
Saat beliau SAW sedang
membagi-bagikan hasil ghanimah, seorang lelaki (munafiq, pent) berkata
kepadanya: “Hai Muhammad, berlaku adillah!”
Maka beliau SAW menjawabnya
melalui sabda berikut: “Kecewa dan merugilah daku, lalu siapakah yang berlaku
adil jika aku tidak adil?”
(Hadits diketengahkan oleh
Bukhari 3610 dan Muslim 1064.)
Benar dan tepatlah apa yang
dikatakannya, karena di dunia ini tiada orang yang lebih adil daripadanya. Jika
beliau SAW bukan orang yang adil, berarti akan habislah keadilan di dunia ini,
langka orang yang menjalankannya dan lenyap dari muka bumi, padahal keadilan
itu hanya ada dalam hukumnya. Seandainya adil berupa sosok manusia yang dapat
berbicara, kemudian anda menanyakan kepadanya tentang manusia yang paling adil,
tentulah dia akan menjawab bahwa orang yang paling adil adalah Muhammad SAW.
Perhatikanlah keadilannya dalam
hukumnya dan sikapnya yang tidak berat sebelah meskipun terhadap dirinya
sendiri. Bahkan beliau SAW pernah meminta kepada salah seorang sahabatnya untuk
melakukan qishash terhadap dirinya, (tetapi ternyata sahabat tersebut berbalik
menciumi tubuh Nabi SAW dalam pertemuan yang penting ini, sebab kalau Nabi di
surgam tentu tidak akan sederajat dengannya, maka ciumannya ini untuk terakhir
kalinya. Akhirnya, Nabi SAW bersabda: “Barang siapa yang ingin melihat ahli surga, dialah
orangnya.” pent) Nabi SAW pun pernah bersumpah bahwa seandainya
Fathimah binti Muhammad mencuri, niscaya beliau akan memotong tangannya. Dalam
hal kebenaran Nabi SAW tidak pernah pilih kasih dan tidak pernah ada seorang
manusia pun yang diberi izin untuk memberikan grasi di hadapannya. Beliau SAW
pernah menghardik Usamah bin Zaid, padahal Usamah adalah orang yang paling
dikasihinya saat Usamah meminta grasi kepadanya untuk seorang wanita dari
kalangan Bani Makhzum yang telah melakukan tindak pidana pencurian. Beliau
bersabda:
“Apakah engkau mau meminta
grasi sehubungan dengan salah satu hukuman had Allah?”
(Hadits diketengahkan oleh
Bukhari 3475, 6788 dan Muslim 1688 melalui ‘Aisyah Ra.)
Nabi SAW memutuskan hukum antara Az-Zubair dan seorang lelaki dari
kalangan Anshar, lalu orang Anshar itu berkata: “Karena dia adalah anak lelaki bibimu.”
Maksudnya, Az-Zubair adalah anak Shafiyyah, bibi Nabi SAW, sehingga Nabi
SAW memutuskan hukum untuk kemenangannya, maka sehubungan dengan peristiwa ini
turunlah firman-Nya:
“Maka demi Tuhanmu, mereka
(pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam
hati mereka terhadap urusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan
sepenuhnya.” (QS.An-Nisaa’(4):65)
Cukuplah Allah sebagai saksi atas
keadilan Rasul-Nya, kejujuran hukumnya dan kebenaran peradilannya.
Bila kau putuskan hokum maka tiada yang meragukannya seakan-akan
telah datang kepada mereka yang bersengketa keputusan peradilan dari langit.
Nabi SAW adalah pendiri keadilan
di dunia dan telah meruntuhkan mercusuar kezhaliman. Hal ini telah diakui, baik
oleh musuh maupun oleh teman dan baik orang-orang yang benci maupun oleh orang
yang menyukainya.
Selanjutnya, analogikanlah hal
tersebut dengan akhlaqnya yang mulia. Beliau menyerukan akhlaq yang mulia dan
beliau sendirilah orang yang mula-mula menjalankannya, sehingga ucapannya di
benarkan oleh perbuatannya, batinnya dibenarkan oleh lahirnya dan kalbunya
dibenarkan oleh anggota tubuhnya.
Adapun mengenai keindahan
lahiriahnya, maka beliau SAW adalah bak judul buku yang menojolkan norma-norma
idealnya dan bagaikan gerbang istana yang keindahannya amat jelas. Maka Nabi
SAW adalah seorang yang paling tampan wajahnya, paling berwibawa pribadinya,
paling cerah dahinya dan paling bercahaya penampilannya. Beliau memilki kulit
yang lembut lagi harum semerbak baunya, keringatnya bak mutiara dan bau
nafasnya harum bak kesturi. Anas RA yang pernah melayaninya mengatakan: “Tidaklah sekali-kali aku memegang kain sutra
tipis dan tidak pula kain sutra tebal, melainkan telapak tangan Rasulullah SAW
lebih lembut daripadanya dan tidaklah sekali-kali aku mencium bau misik dan
tidak pula bau ‘anbar, melainkan bau Rasulullah lebih wangi daripadanya.”
(diketengahkan oleh Bukhari 3561
dan Muslim 2330.) bila seorang lelaki berjabat tangan dengannya, maka ia
menjumpai bau harumnya tetap membekas selama beberapa hari pada tangannya
karena telah menjabat tangan beliau SAW.
Ingatlah, sesungguhnya lembah yang penuh dengan kesedihan kini
tanahnya berubah menjadi harum baunya dan kekayuannya telah berubah menjadi
cendana
Tiada lain karena Hindun di suatu petang telah berjalan di sekelilingnya
dan menebarkan butiran-butiran embun
Nabi SAW adalah orang yang hidup
perasaannya, penuh semangat hatinya, suka tertawa untuk hal-hal kecil, senang
bergurau, peka perasaannya, suka menangis karena sayang, bersikap lembut karena
kasihan dan penuh dengan rasa takut kepada Allah. Bila berdamai, beliau adalah
orang yang paling setia dan teman yang paling pemurah, tetapi bila berperang,
beliau adalah orang yang lebih kuat daripada angin badai dan lebih menembus
daripada tombak yang tajam. Apabila memberi, beliau adalah orang yang paling
dermawan di seluruh kolong langit dan lebih pemurah daripada air minum. Apabila
ridha, keridhaannya memenuhi semua hati dengan kebahagiaan dan menyemarakkan
majelis dengan keramahan. Apabila marah karena haq, beliau adalah orang yang
lebih tajam daya potongnya daripada pedang dan lebih kuat kepastiannya daripada
masa.
Bila tertawa, terlihatlah gigi
serinya bak butiran salju, bila menangis, bak hujan air matanya, bila memberi,
telapaknya lebih deras daripada hujan dan bila menghadap, beliau menghadap
dengan wajah yang cerah bak sinar fajar. Haditsnya tidak membosankan teman
duduknya, berteman dengannya tidaklah menjenuhkan dan orang yang telah
mengenalnya tidak akan tahan bila berpisah darinya.
Bila keluar pada hari raya,
beliau mengenakan pakaian berwarna merah cerah lagi indah dengan wajah yang
tersenyum ceria, maka penampilannya lebih indah daripada hari raya itu sendiri
dan lebih anggun daripada kegembiraan yang ada pada hari tersebut. Dan adalah
hari raya yang paling besar bagi para sahabatnya adalah bila mereka melihat
beliau SAW mendengar Haditsnya dan menikmati berteman dengannya. Bila hadir
untuk melakukan shalat istisqa, penampilannya khusyu’, sederhana, rendah diri
dan banyak menangis, adapun pelajaran yang paling besar bagi kaum muslim adalah
melihat wajah yang khusyu’ itu serta memandang air matanya yang tulus dan
penampilannya yang begitu menyentuh.
Bila terjadi peperangan, beliau
SAW menerjuninya dengan hati yang tegar dan penuh semangat serta tekad yang
tulus, sehingga barisan musuh yang ada di hadapannya kalah dan para jagoannya
terpukul mundur karena gebrakannya. Sahabat yang paling berani pun bila
peperangan mencapai puncak kesengitannya, berlindung di balik beliau SAW dan
jagoannya yang paling besar pun berlindung kepadannya saat maut menebar
cengkramannya di medan peperangan.
No comments:
Post a Comment
Komentar