Beliau adalah orang yang paling benar perkataannya. Apa yang
dibicarakannya adalah haq, benar dan adil. Sepanjang hidupnya beliau tidak
pernah mengenal apa yang disebut dusta, baik saat sungguhan maupun saat
bergurau. Bahkan beliau mengharamkan dusta dan mencela pelakunya serta melarang
manusia berdusta.
dalam sebuah Hadits yang diketengahkan oleh Bukhari 6094 dan
Muslim 2607 melalui shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud RA disebutkan bahwa beliau
pernah bersabda:
“Sesungguhnya berkata benar
menuntun pelakunya kepada kebajikan dan sesungguhnya kebajikan menuntun
pelakunya ke surga. Seseorang senantiasa berkata benar dan berupaya keras untuk
berkata benar sehingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang benar…” hingga akhir Hadits.
Nabi SAW telah memberitakan bahwa adakalanya orang mukmin itu menjadi
kikir dan adakalanya menjadi pengecut, tetapi selamanya dia tidak boleh
berdusta. Beliau memperingatkan seseorang agar tidak berdusta meskipun dalam
bergurau untuk membuat kaum tertawa. Oleh karena itu, dalam hidupnya beliau SAW
menyukai kebenaran dan kebenaran menjadi temannya. Cukuplah menjadi bukti yang
menunjukkan beliau SAW seorang yang
benar, bahwa beliau diangkat oleh Allah
sebagai juru penyampai ilmu ghaib yang bersumberkan dari-Nya dan Allah telah
mempercayainya untuk menyampaikan risalah-Nya, maka beliau menunaikannya kepada
umat dengan sempurna lagi lengkap tanpa mengurangi atau melebihi barang sehuruf
pun, Beliau telah menyampaikan amanat ini dari Tuhannya dengan penyampaian yang
sempurna.
Semua ucapan, perbuatan dan keadaannya berlandaskan pada asas kebenaran.
Beliau adalah seorang yang benar dalam keadaan damai dan perangnya, ridha dan
marahnya, sungguhan dan gurauannya, serta dalam keterangan dan keputusan
hukumnya. Beliau seorang yang benar, baik dengan orang dekat maupun dengan
orang jauh, baik dengan teman maupun dengan musuh dan baik dengan laki-laki
maupun dengan perempuan. Beliau seorang yang benar, baik kepada dirinya sendiri
maupun kepada orang lain, baik saat berada di tempat maupun saat dalam
perjalanan, baik saat berada di luar tanah suci maupun saat berada di dalamnya,
baik saat berperangnya maupun saat damainya. Beliau seorang yang benar dalam
jual belinya, benar dalam melakukan transaksi dan segala macam perjanjiannya,
benar dalam khutbah dan surat-suratnya, benar dalam fatwa-fatwanya, serta benar
dalam mengetengahkan kisah-kisah,
ucapan, penukilan, periwayatan dan pengetahuannya. Bahkan beliau seorang
yang di ma’shum (dipelihara) dari melakukan dusta. Allahlah yang mencegah dan
melindunginya dari pekerti yang buruk ini.
Allah telah mamfasihkan lisannya, meluruskan kata-katanya, memperbaiki
logikanya, dan menegakkan ucapannya. Maka jadilah dia seorang yang benar lagi
dibenarkan, yang belum pernah mengeluarkan suatu huruf pun, melainkan
mengandung kebenaran dan tidak pernah mengucapkan suatu kalimat pun yang
bertentangan dengan kebenaran. Lahiriahnya tidak pernah bertentangan dengan batinnya.
Bahkan beliau adalah seorang yang benar dalam setiap waktu, benar semua
ucapannya, dan benar dalam semua isyarat matanya, sebagaimana yang disebutkan
dalam Hadits yang diketengahkan oleh Abu Dawud 4359 dan Nasa’i 4067 bahwa Nabi
SAW telah bersabda:
“Tidaklah pantas bagi seorang
Nabi mempunyai pandangan mata yang khianat.”
Demikian itu saat para shahabat berkata kepadanya: “Mengapa tidak engkau isyaratkan dengan kedua
matamu kepada kami agar kami putuskan hukuman mati terhadap para tawanan ini?”
Bahkan beliau adalah orang yang datang dengan membawa kebenaran dari
sisi Tuhannya, maka kalamnya benar, sunnahnya benar, ridhanya benar, marahnya
benar, tempat masuknya benar, tempat keluarnya benar, tertawanya benar,
tangisannya benar, saat berjaganya benar dan saat tidurnya benar.
“…agar Dia menanyakan kepada
orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka.”
(QS.Al-Ahzaab(33):8)
“Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
(QS.At-Taubah (9):119)
“Akan tetapi, jikalau mereka
benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi
mereka.” (QS.Muhammad (47):21)
Muhammad SAW adalah seorang yang benar kepada Tuhannya, benar kepada
dirinya sendiri, benar kepada orang lain, benar kepada keluarganya, dan benar
sekalipun kepada musuh-musuhnya. Seandainya kebenaran itu merupakan seorang
lelaki, tentulah dia adalah Muhammad SAW. Demi ayah dan ibuku yang menjadi
tebusannya, tiada lain kebenaran itu kecuali dipelajari darinya. Demi diriku
yang menjadi tebusannya, kebenaran itu tiada lain kecuali menjiplak darinya.
Beliau adalah seorang yang benar lagi terpercaya semenjak masa jahiliyyah
sebelum Islam dan sebelum beliau diangkat menjadi seorang Rasul. Maka terlebih
lagi keadaanya kepada Allah sesudah menerima wahyu, berolah petunjuk, Jibril
turun kepadanya, diangkat menjadi Nabi dan Allah telah memuliakannya dengan
menjadikannya seorang yang disayangi, dipillih dan diseleksi sebagai orang yang
paling dekat dengan-Nya.
|
|
Artikel terkait: