Allah SWT telah berfirman:
“Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al-Qur’an).” (QS.Al-A’raaf(7):157)
Dalam sebuah Hadits disebutkan:
“Masih belum beriman seseorang di
antara kalian sebelum diriku lebih dicintai olehnya daripada orang tuanya,
anaknya dan manusia semuanya.”
(Hadits diketengahkan oleh
Bukhari 15 dan Muslim 44, melalui Anas RA.)
Aku cinta kepadamu dengan kecintaan yang tulus tanpa kekeruhan
meskipun kecintaan sebagian kaum laki-laki bak fatamorgana.
Kuanugerahkan kecintaanku kepadamu dengan terang-terangan dan
sesungguhnya kecintaanku mempunyai dalil dan kitab yang jelas.
Akan tetapi, mengapa mereka
mencintainya dengan kecintaan yang demikian mendalam? Karena tidak dijumpai
dalam sejarah sepanjang perjalanannya suatu kaum yang mencintai imam mereka,
pemimpin mereka, syaikh mereka, panglima mereka atau guru mereka seperti
kecintaan para sahabat kepada Nabi Muhammad SAW. Kecintaan mereka kepada beliau
membuat mereka rela menebusnya dengan jiwa mereka meskipun tubuh mereka terancam
oleh pedang demi membelanya. Mereka rela mengorbankan darahnya demi melindungi
diri Rasul SAW, sehingga ada sebagian dari mereka yang tidak berani menatapkan
pandangan mata sepenuhnya kepada diri Rasulullah SAW karena hormat dan segan
kepadanya. Sebagian dari mereka ada yang pergi menuju kepada kematian dengan
patuh dan sadar bahwa kepergiannya itu tidak akan kembali, seakan-akan dia
sedang pergi menuju ke pelaminan.
Sebagian yang lainnya ada yang mereguk mati syahid di jalan Allah bagaikan seseorang mereguk air tawar yang segar, karena dia sangat mencintai Muhammad SAW dan seruannya. Bahkan mereka mengharapkan ridhanya tanpa menghiraukan ridha diri mereka sendiri, mereka mengharapkan kerehatannya meskipun mereka kelelahan dan mereka mengharapkan kekenyangannya meskipun mereka lapar. Mereka sama sekali tidak berani mengeraskan suara mereka melebihi suara beliau SAW, tidak berani memprioritaskan urusan mereka atas urusannya dan tidak berani memutuskan suatu urusan tanpa izin darinya. Beliau SAW adalah orang yang ditaati lagi dicintai, teladan yang baik dan anutan yang diberkati.
= Sponsor =
|
Sebagian yang lainnya ada yang mereguk mati syahid di jalan Allah bagaikan seseorang mereguk air tawar yang segar, karena dia sangat mencintai Muhammad SAW dan seruannya. Bahkan mereka mengharapkan ridhanya tanpa menghiraukan ridha diri mereka sendiri, mereka mengharapkan kerehatannya meskipun mereka kelelahan dan mereka mengharapkan kekenyangannya meskipun mereka lapar. Mereka sama sekali tidak berani mengeraskan suara mereka melebihi suara beliau SAW, tidak berani memprioritaskan urusan mereka atas urusannya dan tidak berani memutuskan suatu urusan tanpa izin darinya. Beliau SAW adalah orang yang ditaati lagi dicintai, teladan yang baik dan anutan yang diberkati.
Adapun mengenai dorongan dan
latar belakang kecintaan ini, maka faktor yang paling besar ialah karena beliau
SAW adalah utusan Tuhan Yang Maha Pemurah dan makhluk pilihan di antara
semuanya, baik dari kalangan manusia maupun jin. Allah telah mengutusnya untuk
mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya dan menuntun mereka ke surga
yang luasnya seperti langit dan bumi.
Selanjutnya, mereka menjumpai
diri Nabi SAW sebagai seorang pemimpin
yang telah mencapai kesempurnaan dalam keutamaan dan telah lengkap kebaikannya.
Sesungguhnya beliau SAW telah menawan hati mereka dengan akhlaq yang besar dan
madzhab yang mulia ini, sehingga mereka menjumpai dalam berdekatan dan
mengikutinya keimanan yang kesegerannya baik taman yang subur sesudah kekafiran
dan kejahiliyyahan yang panasnya bak api yang besar nyalanya.
Nabi lah yang membasuh rohani mereka dengan izin Allah dari bahaya watsani, membersihkan jiwa mereka dari dosa-dosa syirik, mencuci hati sanubari mereka dari kotoran berhala dan mengajari mereka cara hidup yang mulia. Beliau SAW telah memenuhi dada mereka dengan kebahagiaan sesudah sekian lama mereka dicekam kecemasan, keguncangan, kesusahan dan kesedihan dan Nabi SAW telah membangun di dalam kalbu mereka menar-menara keyakinan sesudah runtuhnya tembok-tembok keraguan, kebimbangan dan penyimpangan.
= Sponsor =
|
Nabi lah yang membasuh rohani mereka dengan izin Allah dari bahaya watsani, membersihkan jiwa mereka dari dosa-dosa syirik, mencuci hati sanubari mereka dari kotoran berhala dan mengajari mereka cara hidup yang mulia. Beliau SAW telah memenuhi dada mereka dengan kebahagiaan sesudah sekian lama mereka dicekam kecemasan, keguncangan, kesusahan dan kesedihan dan Nabi SAW telah membangun di dalam kalbu mereka menar-menara keyakinan sesudah runtuhnya tembok-tembok keraguan, kebimbangan dan penyimpangan.
Sebelum seruan Nabi SAW hidup
mereka seperti hewan ternak yang dibiarkan bebas, tiada iman, tiada etika,
tiada shalat, tiada zakat, tiada cahaya dan tiada kebaikan, kehidupan yang
dipenuhi oleh kegelapan, seperti menyembah berhala, mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang keji, merenguk khamr, mengalirkan darah, serta
melakukan perampasan dan perampokkan. Seperti itulah kehidupan mereka tanpa
risalah, tanpa ada berita Allah dan tanpa agama yang menuntun mereka, kehidupan
mereka bergeliamangan dalam kesesatannya.
= Sponsor =
|
Hati mereka lebih keras daripada batu, jiwa mereka lebih gelap saripada malam hari dan kesengsaraan yang mereka derita lebih mengerikan daripada kematian. Tiada akal yang dijaga, tiada darah yang dipelihara, tiada harta yang halal, tiada kehormatan yang dijaga, tiada jiwa yang merasa puas, tiada akhlaq yang lurus, tiada masyarakat yang menghormati norma-norma keutamaan dan tiada bangsa yang menjaga prinsip-prinsip yang mulia.
Ketika Allah hendak
menyelamatkan, membahagiakan, memperbaiki umat manusia ini dan membuat mereka
beruntung, maka Allah mengutus Muhammad SAW. Setelah Allah mengutusnya, maka
seakan-akan umat manusia dilahirkan kembali, seakan-akan wajah dunia berubah
dan seakan-akan bumi mengenakan pakaian lainnya. Wahyu terus-menerus diturunkan
kepada imam ini dari sisi Allah Yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. Jibril
pun datang dan pergi dengan membawa syari’at yang merevisi semua syari’at
sebelumnya yang di dalamnya terkandung kebahagian para hamba, kebaikan umat
manusia, dan kemakmuran bumi. Masjid mulai dibangun, budak-budak dimerdekakan,
dada menjadi hidup, tubuh menjadi suci, shalat ditunaikan, mush-haf dibaca,
ayat ditafsirkan, Hadits dijelaskan, panji kebenaran ditegakkan, kebudayaan
dibangun dan umat dimerdekakan.
“Dialah yang mengutus kepada
kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan
hikmah. Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Al-Jumu’ah(62):2)
Sesungguhnya para sahabat
mencintai Rasulullah SAW karena beliau telah menghubungkan mereka dengan Allah,
menunjukkan mereka kepada keridhaan-Nya dan menuntun mereka ke jalan-Nya yang
lurus. Sesungguhnya mereka benar-benar beralasan dalam kecintaannya, karena hal
ini merupakan balasan paling minim yang harus dilakukan oleh mereka kepada
Rasul yang di ma’shum, penutup para Nabi ini, yang datang kepada mereka saat
mereka sedang tekun menyembah berhala mereka. Nabi SAW berseru kepada mereka
melalui sabdanya:
“Katakanlah:
‘Laa ilaaha illallah,’ niscaya kalian beruntung.”
(Hadits diketengahkan oleh Ahmad
18525 dan Hakim 39.)
Nabi SAW membawa mereka shalat,
untuk itu beliau SAW bersabda:
“Shalatlah
kalian sebagaimana kalian lihat aku melakukannya.”
(Hadits diketengahkan oleh
Bukhari 631)
Nabi SAW membawa mereka berhaji,
untuk itu beliau bersabda:
“Ambillah
dariku menasik haji kalian.”
(Hadits diketengahkan oleh Muslim
1297.)
Nabi SAW mengajarkan Sunnah
kepada mereka, untuk itu beliau bersabda:
“Barang
siapa yang tidak suka dengan Sunnahku, dia bukan termasuk golonganku.”
(Hadits diketengahkan oleh
Bukhari 5063 dan Muslim 1401.)
Nabi SAW menyeru mereka untuk
bertaqwa, untuk itu beliau bersabda:
“Sesungguhnya
orang yang paling taqwa dan paling mengetahui Allah di antara kalian adalah
aku.”
(Hadits diketengahkan oleh
Bukhari 20.)
Allah telah menyelamatkan mereka
dari neraka melalui Nabi SAW, membuat mereka melek sesudah buta, membebaskan
mereka dari kebodohan, memperbaiki mereka sesudah rusak, menunjuki mereka
sesudah sesat dan membimbing mereka sesudah berjalan tanpa arah.
Bagaimana para sahabat, bahkan
setiap orang muslim tidak mencintainya, karena tidaklah sekali-kali mereka
melakukan amal ketaatan, melainkan mereka menjumpai Rasulullah SAW memberikan
contoh di hadapannya dalam hal bersuci, shalat, puasa, zakat, haji, dzikir,
aqidah, akhlaq dan sepak terjang memberikan contoh di hadapannya dalam hal
bersuci, shalat, puasa, zakat, haji, dzikir, aqidah, akhlaq dan sepak terjang.
Bagaimana seorang muslim tidak mencintainya, karena setiap kali ia melakukan
kebaikan, tiada lain yang menjadi pemimpinnya adalah Muhammad SAW atau
melakukan amal taqorrub, melainkan anutannya adalah Muhammad SAW, atau berbuat
kebaikan dalam hidupnya, melainkan teladannya adalah Muhammad SAW, atau
memberikan santunan atau medermakan kebajikan, melainkan yang dijadikan contoh
idealnya adalah Muhammad SAW.
Orang-orang yang mengadakan perbaikan bak jari-jemari tangan sedang
yang menjadi tangan adalah engkau sendiri bahkan engkau adalah tangan yang
putih.
= Sponsor =
|
Bagaimana manusia tidak mencintainya, sedang Haditsnya mengiang di telinga merasuk ke dalam kalbu mensuplai semua keutamaan, semua akhlak yang agung dan pekerti yang mulia. Beliau menyeru kepada kejujuran, keadilan, kedamaian, kasih sayang, persaudaraan dan kebaikan. Beliau SAW melarang perbuatan semena-mena, fasiq, kedurhakaan, kezhaliman, melampaui batas, menganiaya dan tindak kriminal. Kelahiran manusia hanyalah kelahirannya yang kedua, yaitu saat Rasul SAW mulai diikuti dan Nabi yang ummi ini dianuti.
Saudaramu ‘Isa memanggil sesosok mayat lalu mayat itu hidup kembali
karenanya sedang engkau telah menghidupkan beberapa generasi dari kepunahan
Kebahagiaan manusia itu tiada
lain, kecuali terletak pada cara hidup mengikuti imam yang dima’shum ini (Nabi
SAW), karena hanya dialah satu-satunya manusia yang selalu ditemani oleh
kebenaran di mana pun dia berada. Semua pendapat dinilai berdasarkan
pendapatnya, semua perbuatan dinilai berdasarkan perbuatannya dan menurut
keadaannyalah semua keadaan diukur.
“Sesungguhnya
kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
(QS.Asy-Syura(42):52)
Tiadalah kami sebelum engkau melainkan bak setetes air yang
dimasukkan ke dalam laut atau bak air mata bisu yang jatuh ke telapak kaki.
No comments:
Post a Comment
Komentar